مقدمة

مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّيْنِ

حديث شريف

"Barang siapa yang Allah kehendaki untuk menjadi orang yang baik, maka Allah berikan Ilmu Pengetahuan kepadanya untuk memahami Agama-Nya." 

Hadits Syarif


Bismillahirrahmanirrahim.

Segala Puji bagi Allah yang telah menciptakan sesuatu, dari petangnya kehampaan (ketiadaan) dengan cahaya penciptaan. Dan menjadikan itu sebagai petunjuk atas ke-Esaan Allah terhadap apapun yang diperhatikan-Nya hingga hari pembalasan.

Memeintahkan sesuatu yang telah Allah pilih dengan Dzatn-Nya sendiri, dengan sebab itu Allah menurunkan Al-Qur'an dan mengutus Rasulullah sang pemimpin ummat.

Sehingga datanglah keterangan (penjelasan) kepada kita dengan nyata, yakni jalan kebenaran yang ditunjukkan oleh baginda nabi Muhammad SAW. Semoga Rahmat-Nya yang suci dari segala kekurangan tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammah, beserta Keluarga dan para pengikutnya.


KEMUDIAN

Sesungguhnya seseorang yang bersih, yang selalu mencari martabat yang tinggi. Setiap saat selalu meneliti dan mengkaji ilmu syariat, sebagian diantaranya adalah  mengatahui masalah Furu'iyyah dalam ilmu Fiqh (Ilmu Agama).

Karena sesungguhnya dengan mengetahuinya, dapat menghilangkan rasa iba (waswas) dalam diri yang disebabkan oleh Syetan, sehingga menjadi benar dan diterima amal ibadah kita. dan dijauhkan dari kita setiap keburukan dan kesalahan dalam beribadah sebab mengetahui Ilmu Fiqh.

Maka bersabda pemimpin para pendahulu yang kita ikuti, Nabi Muhammad SAW:

مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّيْنِ

"Barang siapa yang Allah kehendaki untuk menjadi orang yang baik, maka niscaya akan diberikan kepadanya ilmu pengetahuan Agama". Hadits ini diriwayatkan oleh Dua Guru besar Hadits (Imam Bukhari dan Imam Muslim) diambil dari riwayat shabat Mu'awiyah R.A.

Dan diriwayatkan pula dari Abi Hurairah R.A. Sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda:

مَاعُبِدَ اللهُ سُبْحَانُهُ بِشَيْئٍ اَفْضَلَ مِنْ فِقْهٍ فِى الدِّيْنِ

"Tidak ada ibadah yang lebih utama bagi Allah, daripada beribadah dengan belajar Ilmu Fiqh (Ilmu Pengetahuan tentang beragama)". HR. Turmudzi dalam kitab Jami'nya.

Dan juga diriwayatkan dalam hadits kudsi, dalam Firman Allah SWT:

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيْدُوْنَ وَجْهَهُ

"Bersabarlah dirimu sekalian bersama dengan orang-orang yang selalu mengajak kepada jalan tuhan-Nya (Allah) di waktu siang dan malam, Semata-mata hanya karena mengharapkan ridha-Nya." HR. Yahya bin Abi Katsir, seperti yang disabdakan Rasulullah dalam majelis dzikirNya.

Juga telah berkata Sahabat Atha' R.A. bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:

اِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ, فَارْتَعُوْا. قَالُوْا يَا رَسُوْلَ اللهِ : وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ؟ قَالَ حِلَقُ الذِّكْرِ

"Jika kalian melewati atau berjalan di taman-taman surga, maka singgahlah dengan senang (Mengembalalah disana)." lalu para sahabat bertanya: "Wahai Rasulallah apa yang dimaksud dengan taman-taman surga itu?" Beliau menjawab: "Itu adalah Halaqah-halaqah (kelompok / sekumpulan orang ber-) dzikir".

Sahabat Atha' R.A. menerangkan bahwa yang dimaksud dengan Halaqah Dzikir ialah Majelis yang membahas Ilmu Halal dan Haram. Tatacara Berdagang (Berjual beli), Tatacara Shalat, Puasa, Haji, Nikah, Talaq dan lain sebagainya.

Berkata Sufyan bin Uyainah R.A.: "Tidak ada seorangpun yang lebih utama setelah kenabian, selain orang yang mempunyai ilmu pengetahuan tentang Agama (Ilmu Fiqh)." 

Berkata Abu Hurairah R.A. dan Abu Dzar R.A.: "Lebih aku cintai orang yang belajar ilmu, daripada melakukan ibadah 1.000 rakaat."

Berkata Sayyidina 'Umar R.A.: "Aku lebih bersedih atas Wafatnya orang 'Alim yang mengerti dengan hukum Halal dan Haram yang telah ditentukan Allah, mengerti banyak tentang Ayat-ayat Allah dan  Hadits Nabi. Daripada Wafatnya 1.000 ahli ibadah, yang selalu terjaga setiap malam, berpuasa disiang harinya."

Oleh sebab itu, mengerti dan mengetahui Ilmu Fiqh adalah martabat yang sangat mulia, keistimewaan yang tinggi. Maka (peduli / memperhatikan / memikirkan / memelihara) terhadap ilmu fiqh adalah derajat yang utama.

Meluangkan setiap waktu yang berharga untuk mempelajari ilmu fiqh bukanlah kesia-siaan, akan tetapi setiap umur yang digunakannya mengandung keuatamaan, karena sesungguhnya yang jalan pilih adalah jalan untuk menuju ke surga.

Dan setiap amal ibadah dengan mengetahui ilmunya (Fiqh) dapat melindungi kita dari neraka, dan menjadi jalan menggapai surga. Ini semua diperuntukkan bagi orang yang mencari ilmu fiqh, guna mengetahui dan memahami agama lillah, agar selamat menuju surga-Nya Allah SWT. Bukan untuk mengangkat ketenaran, harta dan tahta. Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللهِ تَعَالَى لاَيَتَعَلَّمُهُ اِلاَّ لِيُصِيْبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

"Barangsiapa yang mempelajari ilmu yang dengannya dapat memperoleh keridhoan Allah SWT, (tetapi) ia tidak mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan kesenangan duniawi, maka ia tidak akan mendapatkan harumnya surga di hari kiamat nanti." HR. Abu Dawud dengan musnad shahih.  

Dan bersabda Rasulullah SAW: 

مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِيُمَارِيَ بِهِ السُّفَهَاءَ أَوْ يُكَاثِرَ بِهِ الْعُلَمَاءَ أَوْ يَصْرِفَ وُجُوْهَ النَّاسِ اِلَيْهِ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ

"Barangsiapa mencari ilmu bertujuan untuk berbala (berbantah-bantahan) terhadap orang bodoh, atau bermegah-megahan terhadap ulama', atau untuk memalingkan pandangan arah manusia untuk dirinya. Maka dia telah menyiapkan tempat duduknya di dalam neraka." HR. Turmudzi.

Sedangkan dari riwayat Ka'ab bin Malik dikatakan dengan :

اَدْخَلَهُ اللهُ النَّارَ

"Allah memasukkannya kedalam neraka". 

Semoga Allah senantiasa menjaga dan menjauhkan kita dari segala sesuatu yang buruk dari apa yang telah disebutkan.


KETAHUILAH, bahwa sesungguhnya orang yang menuntut ilmu itu berbeda-beda (beragam) sesuai dengan maksud dan tujuannya masing-masing. Berbeda-beda dalam Himmahnya (Cita-citanya) maka akan menghasilkan martabat yang juga berbeda.

Maka orang ini seperti halnya seseorang yang sedang menyelami samudra untuk mendapatkan Permata-permata yang besar (Indah / Agung / Mulia). Sementara orang yang lainnya berpuas hati dengan ilmu yang sangat ringkas.

Dan orang yang berpuas hati ini ada 2 jenis: Pertama adalah orang yang mempunyai keluarga  (yang wajib baginya memenuhi isi rumah dan nafkahnya) harus dia kuasai dengan penat lelah, sedangkan seorang lainnya menghadap kepada Allah dengan benar dan sungguh-sungguh.

Maka orang yang pertama tidak ditakdirkan untuk bergaul dengan makhluk, sementara orang-orang salik (berjalan kepada Allah) disibukkan dengan sesuatu yang dia kumpulkan / ditumpuk setiap malam dan siang bersama dirinya dalam keresahan.

Maka saya bermaksud mengistirahatkan keduanya, dengan mengekalkan sesuatu yang ada atas keduanya dan membiarkan usaha keduanya terhadap sesuatu yang menyeru hajat kepada keduanya. 

Aku berharap kepada Allah yang maha mulia dan maha kuasa untuk memudahkan sesuatu yang dapat memberikan hasil yang jelas dan mudah. Sesungguhnya Dia adalah dzat yang menjadi harapan bagi orang yang berharap. Penampung bagi kaum yang lemah dan gundah (pecah hati / resah hati). 

Aku membirkan nama kitab ini dengan KIFAYATUL AKHYAR dalam menguraikan GHAAYATUL IKHTISHAAR.

Aku memohon kepada Allah yang maha agung, maha pengampun. Agar memberikan ampunannya kepadaku dan kekasih-kekasihku dari tipudaya-Nya dan murka-Nya dan dari sisa neraka. sesungguhnya Allah maha kuasa atas segala sesuatu dan maha mengabulkan segala sesuatu yang dianggap pantas.

Syeikh berkata Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillahi rabbil 'alamin. Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih (di dunia dan akhirat) dan maha penyayang (di akhirat saja). 

Hamdalah adalah suatu ungkapan pujian kepada Allah SWT dengan segala keindahan sidat dan dzat-Nya juga lain sebagainya. Adapun Syukur adalah memuji kepada Allah atas segala nikmat yang telah diberikan-Nya.

Oleh karena itu sebaiknya kalian mengatakan: aku puji fulan atas ilmunya dan kemurahan hatinya. Jangan  mengatakan: aku bersyukur atas fulan karena ilmunya. Karena sesungguhnya setiap Syukur itu adalah Pujian, namun setiap Pujian belum tentu Syukur. dan dikatakan selain demikian itu.

لله Lam dalam nama Allah yang maha mulia itu, menunjukkan makna ISTIHQAQ (Suatu kepemilikan yang benar dan nyata) seperti halnya saat mengatakan الدار لزيد (Rumah itu milik Zaid).

Sedangkan lafadz الحمد di disandingkan / digabungkan dengan nama Allah yang mulia bukan dengan nama-nama Allah yang lain. Menandakan bahwa lafadz Allah adalah isim dzat bukan isim mustaq (yang dibentuk / dibuat). para Ulama' Muhaqqiq berpendapat bahwasanya lafadz Allah adalam isim musytaq (isim yang dibentuk / dicetak).

رب العالمين Rabbi disini memiliki makna Pemilik, ada juga yang berpendapat dengan makna Perawat (Pemelihara / pengasuh) dan Memperbaiki. oleh karena itu ada yang mengatakan "Bahwa fulan itu menambah kebaikan desa / kampung itu".

Allah SWT adalah dzat pemilik alam semesta dan memeliharanya dengan kesucian dan keluhuran-Nya. sedangkan lafadz 'Alamiin adalah isim jamak dari lafadz 'Aalam yang tidak mempunya isim mufrad daam lafadznya. Namun dalam hal ini ada perbedaan pendapat para Ulama', ada yang mengatakan bahwa makna dari lafadz 'Alamiin ini adalah bangsa manusia dan jin, sebagaimana yang telah disampaikan oleh Ibnu Abbas RA. ada juga yang mengatakan bermakna seluruh makhluk, sebagaimana yang katakan oleh Qatadah, Hasan dan Mujahid.

Lanjut syeikh mushannif berkata: Shalawat dari Allah semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad penyempurna para nabi dan para keluarga dan para sahabatnya.

Shalawat dari Allah adalah sebuah Rahmat, dari malaikat adalah Istighfar, sedangkan dari Bani Adam (ummat manusia) adalah  kerendahan hati dan doa.

Dan diberi nama Rasulullah SAW dengan nama Muhammad karena saking banyaknya sifat-sifat terpuji dalam diriNya.

Sedangkan para ulama' berbeda pendapat dalam memaknai lafadz AALI, ada yang mengatakan itu adalah Bani Hasyim dan Bani Mutthalib dan pendapat inilah yang dipilih oleh Imam As-Syafi'i dan para shabatnya. Adapula yang mengatakan bermakna Keluarga Nabi dan keturunan-Nya. ada yang berpendapat AALIHI bermakna seluruh ummat Nabi dan pendapat inilah yang dipilih oleh seluruh ulama' muhaqqiq dan sebain dari mereka adalah ulama' Al-Azhar.

Lafadz Ashab adalah isim jamak dari lafadz Shaahib, Sahabat adalah orang islam yang melihat Nabi Muhammad SAW dan sahabatnya walau hanya sesaat (singkat). ada yang mengatakan orang yang sudah lama bersahabat dengan Nabi Muhammad dan satu majelis dengan beliau.

Orang yang pertama adalah orang yang Raajih (dapat dipercaya) oleh para Muhadditsin (para perawi hadits). yang kedua adalah orang yang Raajih (dapat dipercaya) oleh dua ulama' ushul, yakni para Ulama' Ushul Hadits dan Ulama' Ushul Fiqh.

As-Syeikh berkata: Meminta kepadaku sebagian teman-temanku (semoga Allah memelihara mereka semua), agar membuat suatu ringkasan dalam ilmu Fiqh atas madzhab Imam Syafi'i RA. dengan sangat ringkas, seringkas-ringkasnya sehingga meringankan para penuntut ilmu dalam memahaminya, memudahkan bagi pemula untuk menghafalnya, dan memperbanyak didalamnya bagian-bagian dan batasan perkara-perkara. Maka aku berkenan atas permintaan itu dengan mengharap pahala dan mendekatkan diri kepada Allah SWT dalam mendapatkan petunjuk yang benar. Sesungguhnya Allah maha kuasa atas segala sesuatu, dan maha tahu dan melihat pada setiap hambaNya.

MUKHTASHAR adalah suatu catatan atau buka yang lebih sedikit tulisannya, namun mengandung makna yang luas. 

Dan Madzhab As-Syafi'i adalah pedomannya. Kata As-Syafi'i adalah sebutan bagi datuknya. Panggilannya adalah Abu Abdillah, Nama Aslinya adalah Muhammad bin Idris bin 'Abbas bin 'Utsman bin Saaib bin 'Ubaid bin Yazid bin Hasyim bin Mutthalib bin 'Abdu Manaf, bertemu dengan nasab Rasulullah SAW pada Abdu Manaf.

Adapun nasab Rasulullah SAW adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutthalib bin Hasyim bin Abdu Manaf.

Jadi nisbah yang benar kepada beliau adalah sebutan As-Syafi'i bukan Syaf'awi, sebutan ini salah.

GHAYAH adalah rentetan keterangan yang tertata. seperti dikatakan Ghayatul Bay'i makna yang benar adalah Keterangan tentang halal mengambil manfaat dari berdagang. sedangkan Ghayatus Shalah yang dimaksud adalah menunaikan Shalat tanpa ada qadha'. inilah yang dimaksud / dikehendaki dengan seringkas-ringkasnya dalam menerapkan tulisan / lafadz.

TAUFIQ adalah suatu keputusan yang membawa kepada ketaatan, berbeda dengan KHIDZLAN (menentang) adalah suatu keputusan yang membawa kepada kemaksiatan.

SHAWAB adalah kebenaran lawan dari kekeliruan.

Wallahu A'lamu (Allah yang maha mengetahui dengan segala sesuatu)

Tulis komentar anda

Silahkan Berbagi Pengalaman di Kolom Komentar kami, dengan Baik dan Santrun! Terimakasih.